Selasa, 6 Maret 2012 - 10:31 wib
Dalam berbagai kesempatan sidang
kabinet selama beberapa pekan terakhir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
mengungkapkan rencana kenaikan harga Bahan Bakar minyak (BBM). Kenaikan harga
BBM dilakukan menyusul kenaikan harga minyak dunia yang telah melampaui target
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2012.
Kenaikan harga minyak dunia itu
dipicu oleh ketegangan di Timur Tengah antara Iran, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa yang kian memanas. Selain itu, kenaikan harga minyak juga disebabkan
resesi ekonomi global di Eropa dan Amerika Serikat. Kompleksitas masalah di
tingkat global itu tentu berada jauh di luar jangkauan kita sehingga sulit
untuk mengelak. Tidak ada kepastian kapan konflik dan resesi ekonomi global itu
akan berakhir dan harga minyak dunia kembali pada level harga semula.
Keputusan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM sekaligus mengakhiri spekulasi yang berkembang selama ini
terhadap rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan konsumsi BBM. Rencana
pembatasan konsumsi BBM ini memang sangat rumit dan rawan kericuhan pada
pelaksanaan teknis di lapangan.
Lonjakan harga minyak dunia tentu
akan membawa dampak serius bagi perekonomian nasional. Harga minyak dunia yang
terus berada di atas level USD120 per barel secara otomatis akan mengakibatkan
beban APBN otomatis bertambah mengingat subsidi negara terhadap BBM masih cukup
tinggi. Sementara itu, asumsi Indonesia
Crude Price (ICP) dalam APBN tahun 2012 hanya sebesar USD90 per barel.
Keseimbangan APBN yang terganggu akibat lonjakan harga minyak dunia cepat atau
lambat akan membawa dampak negatif terhadap performa perekonomian nasional
secara keseluruhan.
Tidak ada jalan lain, untuk
meminimalisasi efek negatif dari akibat lonjakan harga minyak dunia pemerintah
perlu mendorong efisiensi konsumsi BBM. Harga BBM yang murah karena ditopang
subsidi pemerintah merupakan salah satu sebab utama inefisiensi konsumsi BBM
selama ini.
Menurut data Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, pada tahun 2011 subsidi BBM mencapai Rp92,8 triliun
atau mengalami kenaikan dari besar subsidi tahun lalu yang hanya sebesar Rp88,9
triliun. Pada tahun 2010, sekitar 60% subsidi diserap oleh premium dan lebih
dari separuh jumlah itu dinikmati oleh para pengguna mobil pribadi. Fakta
paling mengenaskan dari kebijakan itu adalah 25% kelompok rumah tangga dengan
penghasilan per bulan terendah hanya menerima alokasi subsidi sebesar 15%.
Sementara itu, 25% kelompok rumah tangga dengan penghasilan per bulan tertinggi
menerima alokasi subsidi sebesar 77%.
Berdasarkan data di atas terlihat
jelas kelompok masyarakat mana yang sesungguhnya menimati subsidi BBM selama
ini. Sungguh tidak adil bila di saat pemerintah tengah dipusingkan dengan
lonjakan harga minyak dunia, tapi di saat yang sama dana subsidi BBM itu justru
lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu.
Karena itu, dibutuhkan keberanian
pemerintah untuk mengambil langkah strategis dalam mengatasi efek negatif
lonjakan harga minyak dunia terhadap keseimbangan APBN. Menaikkan harga BBM merupakan salah satu
wujud langkah strategis itu. Keputusan untuk menaikkan harga BBM memang
merupakan kebijakan yang tidak popular secara politik. Akan tetapi, jika
pemerintah tidak menempuh langkah itu, maka beban subsidi di dalam APBN akan
terus membengkak.
Memang, apabila pemerintah
mengurangi subsidi BBM dengan melakukan penaikkan harga akan terjadi kenaikan
harga-harga umum barang yang membawa tambahan beban bagi golongan
berpenghasilan rendah. Karena itu, pemberian dana kompensasi guna melindungi
penduduk miskin terkena dari dampak kenaikan harga BBM menjadi relevan untuk
dilakukan oleh pemerintah. Dana itu
dapat diambil dari pertambahan penerimaan harga BBM yang dinaikkan tersebut.
Kebijakan kenaikan harga BBM dan
pemberian dana kompensasi untuk melindungi penduduk miskin merupakan gabungan
yang paling rasional untuk dilakukan saat ini dalam rangka merespons lonjakan
harga minyak dunia. Jika dua hal itu mampu dilakukan pemerintah dengan baik dan
cermat, maka potensi gejolak sosial dan keuangan sosial akan dapat
diminimalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar